Jakarta – Kepala Staf Kepresidenan Muhammad Qodari menegaskan bahwa keberhasilan revolusi pendidikan nasional melalui program panel interaktif digital sangat bergantung pada ketersediaan listrik yang andal hingga ke pelosok negeri. Hal tersebut disampaikan dalam sambutannya pada forum Electricity Connect 2025 di JICC Senayan, Jakarta, Rabu (19/11).
Dalam pidatonya, Qodari menjelaskan bahwa salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto di bidang pendidikan adalah digitalisasi pembelajaran, yang memanfaatkan teknologi untuk memastikan kesetaraan kualitas pendidikan. Ia menegaskan kembali bahwa ketersediaan listrik menjadi penentu utama keberhasilan program tersebut.
“Kebetulan saya kemarin hadir di peluncuran digitalisasi pembelajaran oleh Presiden di Bekasi bersama dengan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Jadi salah satu program penting Presiden di bidang pendidikan adalah digitalisasi pembelajaran. Presiden mengirimkan panel interaktif digital ke sekolah-sekolah di Indonesia khususnya sekolah negeri. Ada 288.000 sekolah yang tahun ini dikirimi masing-masing satu panel interaktif. Dan hemat saya ini adalah revolusi pendidikan Indonesia,” ujar Qodari.
Ia menekankan bahwa panel interaktif digital merupakan alat strategis untuk menutup kesenjangan kualitas pendidikan antara wilayah maju dan daerah terpencil. “Melalui panel itu diharapkan agar anak-anak sekolah yang di pelosok di pulau-pulau, di daerah-daerah yang harus naik kapal lewati sungai berjam-jam, di pegunungan, bisa memiliki akses yang sama dengan pendidikan berkualitas. Itulah sebabnya saya sebut sebagai revolusi,” jelas Qodari.
Namun, Kepala Staf Kepresidenan mengungkapkan bahwa distribusi panel interaktif digital ini menghadapi tantangan besar, yaitu masih banyak sekolah yang belum memiliki kapasitas listrik mencukupi. Qodari menjelaskan bahwa Kantor Staf Presiden (KSP) telah berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait, termasuk PLN, untuk mengantisipasi kebutuhan penambahan daya.
“Jadi KSP dengan Kementerian/Lembaga bersangkutan telah mengantisipasi bahwa sekitar 70% (sekolah) itu harus tambah daya, tolong nanti kita siapkan agar sekolah-sekolah di Indonesia bisa menambah panel interaktif digital di tahun depan, dengan dukungan dari PLN dan Masyarakat Kelistrikan Indonesia. Jadi itu salah satu fungsinya KSP, jangan sampai sudah sampai di lokasi, panelnya tidak menyala karena tidak ada listriknya atau tidak cukup listriknya,” jelas Qodari.
Kepala Staf Kepresidenan menegaskan bahwa ketersediaan listrik yang merata adalah syarat mutlak agar seluruh anak Indonesia—termasuk yang berada di pulau terpencil, daerah sungai, dan wilayah pegunungan—dapat memperoleh akses pendidikan berkualitas yang setara. Tanpa listrik yang stabil, pemerataan peluang belajar mustahil terwujud.
Qodari menutup sambutannya dengan menegaskan bahwa integrasi sektor energi dan pendidikan merupakan fondasi penting menuju Indonesia Emas 2045. Panel interaktif digital adalah salah satu simbol transformasi tersebut—namun hanya dapat berfungsi ketika listrik tersedia dan merata.
Forum Electricity Connect 2025 pun menjadi ruang strategis memperkuat kolaborasi antara pemerintah, PLN, dan pelaku industri kelistrikan untuk memastikan tidak ada sekolah yang tertinggal dari revolusi pembelajaran digital akibat keterbatasan daya listrik.