Categories
Berita Berita KSP COVID-19

Pelonggaran Pemakaian Masker di Area Terbuka, Moeldoko : Jangan Membuat Kita Terlalu Euforia

Jakarta – Kepala Staf Kepresidenan RI Dr. Moeldoko mengingatkan masyarakat untuk tidak terlalu euforia menyikapi kebijakan pelonggaran pemakaian masker di area terbuka. Menurutnya, selama ini masyarakat sudah memiliki kebiasaan positif dalam menjaga kesehatan, tertutama soal kedisiplinan penerapan protokol kesehatan (prokes).

“Jangan sampai disiplin prokes yang kita bangun selama ini sia-sia begitu saja. Mari dijaga demi keberlangsungan hidup kita,” tegas Moeldoko, di gedung Bina Graha Jakarta, Kamis (19/5).

Moeldoko menegaskan, kebijakan pelonggaran memakai masker di area terbuka tidak untuk merubah kebiasaan positif masyarakat dalam mewaspadai penularan COVID19, terutama dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes).

Ia menegaskan, meskipun ada kebijakan pelonggaran kewajiban masker di ruang terbuka, tapi masyarakat tetap perlu disiplin memakai masker di ruangan tertutup.

“Masyarakat juga masih perlu disiplin menerapkan prokes lain, seperti mencuci tangan dan jaga jarak,” imbuhnya.

Moeldoko mengatakan, pandemi COVID19 memberikan pelajaran positif bagi pemerintah dan masyarakat. Dari sisi pemerintah, ujar dia, COVID19 telah membuat pemerintah melakukan lompatan-lompatan besar dalam pembenahan ketahanan arstitektur kesehatan nasional, yakni melalui perbaikan-perbaikan struktur kesehatan di daerah. Seperti penguatan Puskesmas dan Posyandu.

“Dari sisi masyarakat, kita akhirnya lebih memperhatikan dan mewaspadai soal kesehatan. Artinya ada perubahan perilaku positif di masyarakat, yakni memahami pencegahan lebih baik daripada mengobati,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Moeldoko juga menekankan pentingnya masyarakat untuk mematuhi penggunaan masker di dalam ruangan dan transportasi massal. Terlebih, risiko penularan COVID19 di dalam ruangan lebih besar. “Apalagi Indoor yang ber-AC,” ucap Panglima TNI 2013-2015 itu.

Seperti diketahui, pemerintah telah memutuskan untuk melonggarkan kebijakan pemakaian masker. Kebijakan tersebut dikeluarkan, tidak lepas dari kondisi pandemi COVID19 di Indonesia yang semakin terkendali.

Masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan atau ruang terbuka yang tidak padat orang, diperbolehkan untuk lepas masker. Tapi, kegiatan di ruang tertutup dan transportasi publik tetap harus bermasker.

Selain itu, masyarakat kategori rentan maupun bergejala batuk dan pilek tetap tidak boleh melepas masker saat beraktivitas.

Categories
Berita Berita KSP COVID-19 Gugus Tugas

COVID19 Terkendali Selama 8 Minggu, KSP : Skema Pasca Pandemi Semakin Dekat

Jakarta – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI Abraham Wirotomo mengungkapkan, skema pasca pandemi semakin dekat. Terlebih, kata dia, situasi COVID19 terus terkendali selama delapan minggu terakhir.

“Sejak 24 Maret hingga 12 Mei atau selama delapan minggu, angka Reproduction Rate konsisten di angka 1. Ini artinya selama 8 minggu, pandemi COVID19 sudah terkendali, dan skema pandemi berakhir semakin dekat,” tegas Abraham, di gedung Bina Graha Jakarta, Jum’at (13/5).

Meski demikian, ujar Abraham, pemerintah masih tetap menerapkan kebijakan PPKM, dan terus memonitor angka kasus hingga beberapa minggu ke depan, untuk memastikan apakah ada lonjakan kasus.

“Ini dilakukan karena kita baru saja merayakan lebaran dengan jumlah pemudik yang luar biasa besar,” terang Abraham.

“Indikator epidemiologi dan masukan para pakar selalu menjadi bagian dalam pengambilan kebijakan,” tambahnya.

Abraham kembali mengingatkan masyarakat, untuk tidak tergesa-gesa mengendorkan protokol kesehatan, sembari menunggu hasil evaluasi penanganan COVID19 pasca mudik lebaran.

“Prokes jangan sampai kendor. Jangan sampai masa kelam pandemi terulang. Kalau bisa kita sama-sama akhiri pandemi di tahun ini, dan fokus pada pemulihan ekonomi,” pesannya.

Abraham juga menegaskan, meski pandemi nanti akan berakhir, bukan berarti COVID19 hilang. Berakhirnya pandemi, tutur dia, menunjukkan laju penularan benar-benar sudah terkendali, sehingga pemerintah tidak perlu lagi memberlakukan kegiatan masyarakat dalam skala besar.

Dalam kesempatan itu, Abraham mengaku optimis, bahwa prospek penanganan COVID19 ke depan semakin baik.

“Apalagi dari hasil monitoring lapangan KSP menunjukan, masyarakat semakin paham gejala COVID19 dan harus berbuat apa jika bergejala,” tutup Abraham.

Categories
Berita Berita KSP COVID-19 Gugus Tugas

KSP : Penentuan Skema Endemi COVID19 Menunggu Hasil Evaluasi Pasca Mudik

Jakarta – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI Abraham Wirotomo menegaskan, penentuan skema menuju endemi COVID19 masih menunggu hasil evaluasi pasca mudik lebaran. Abraham menyampaikan ini, menyusul beredarnya informasi bahwa pemerintah telah mempersiapkan transisi perubahan status pandemi menjadi endemi COVID19.

“Untuk skema menuju endemi pemerintah masih akan menunggu evaluasi beberapa minggu pasca mudik lebaran. Kita berharap tidak akan terjadi lonjakan lagi seperti di negara lain. Pemerintah akan bersiap mengantisipasi bila terjadi lonjakan,” kata Abraham, di Jakarta, Kamis (5/5).

Abraham mengakui, selama tujuh minggu terakhir, yakni sejak 24 Maret hingga 4 Mei 2022, COVID19 sudah terkendali. Hal itu, ujar dia, ditunjukkan oleh data Reproduction Rate (Rt) yang konsisten di angka 1. Selain itu, tambah dia, jumlah kasus COVID19 per hari juga terus melandai.

“Per 3 Mei 2022, 107 kasus per hari, angka kematian 18 per hari, dan angka kasus aktif tinggal 6.951,” paparnya.

“Suatu hal yang patut kita syukuri dan apresiasi kepada nakes, TNI/Polri, dan satgas yang terus mengingatkan protokol kesehatan,” Imbuh Abraham.

Dalam kesempatan itu Abraham kembali menegaskan, pemerintah tidak terburu-buru menurunkan status pandemi menjadi endemi, meski beberapa indikator menunjukkan perbaikan.

Categories
Berita COVID-19

Antibodi COVID19 Masyarakat Indonesia 99,2 Persen, KSP : Risiko Lonjakan Kasus Akibat Mudik Bisa Diredam

Jakarta – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI Abraham Wirotomo menegaskan, dengan kadar antibodi COVID19 masyarakat Indonesia sebesar 99,2 persen, risiko lonjakan kasus COVID19 saat mudik lebaran bisa diredam.

“Antibodi COVID19 sudah 99 persen adalah hasil studi ilmiah terhadap 21 kabupaten/kota asal mudik di Jawa-Bali. Kalkulasi secara ilmiah, risiko lonjakan kasus akibat mudik bisa teredam dengan tingginya antibodi masyarakat daerah asal mudik,” kata Abraham, di gedung Bina Graha Jakarta, Rabu (20/4).

Meski demikian. Abraham tetap menghimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai gejala-gejala COVID19 dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Terlebih, jika di daerah tujuan mudik masih ada lansia yang belum divaksin.

“Masyarakat jangan jumawa, jangan lupa masker. Kalo demam, batuk, pilek dan sakit tenggorokan tetap harus waspada. Memiliki antibodi bukan jaminan tidak bisa menulari ke orang lain. Apalagi jika di lingkungan sekitar pemudik ada lansia yang belum divaksin,” tegasnya.

Seperti diketahui, hasil sero survei Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebutkan, antibodi COVID19 masyarakat Indonesia sudah mencapai 99,2 persen. Baik itu antibodi yang berasal dari vaksinasi maupun infeksi. Sero survei yang dilakukan pada Maret 2022 ini juga menunjukkan, titer antibodi sudah ribuan, yakni 7-8 ribu.

“Ini menunjukkan bukan hanya banyak masyarakat yang memiliki antibodi, tapi kadar antibodinya juga tinggi,” ungkap Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi, dalam siaran pers, Senin (18/4).

Categories
Berita Berita KSP COVID-19

Pemudik Diperkirakan 85,5 Juta Orang, KSP : Masyarakat Tetap Harus Waspada Dengan Gejala COVID19 dan Penuhi Syarat Vaksin

Jakarta –Kantor Staf Presiden menghimbau pada masyarakat untuk tetap waspada dengan gejala COVID19 dan memenuhi persyaratan vaksin saat melakukan perjalanan mudik lebaran. Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Abraham Wirotomo menyampaikan ini, menyusul kebijakan pemerintah terkait pelonggaran mobilitas dan mudik lebaran .

“Kami himbau masyarakat agar terus menjaga kesehatan jika ingin mudik. Kalau mengalami gejala batuk, pilek, meriang, dan sakit tenggorokan, diharapkan lebih waspada. Jangan sampai kita yang mudik menulari orang-orang yang berada di daerah tujuan mudik,” pesan Abraham, Jum’at (8/4).

Abraham menjelaskan, keputusan pemerintah melonggarkan mobilitas dan mengizinkan masyarakat untuk mudik lebaran tahun ini sudah melalui kajian ilmiah. Mengacu pada beberapa indikator pengendalian pandemi COVID19, ujar dia, situasi pandemi saat ini semakin terkendali dan terus melandai.

“Per 2 April 2022, Reproduction Rate di angka 1, kasus mingguan menurun, yakni 3.671 per hari, dengan BOR hanya 8 persen. Indikator-indikator itu menunjukkan bahwa semua kondisi semakin membaik,” terangnya.

Selain itu, sambung Abraham, kebijakan pelonggaran mobilitas dan mudik lebaran, juga merespon tingginya animo masyarakat untuk mudik. Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil tiga kali survei yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah masyarakat yang ingin melakukan perjalanan mudik lebaran terus meningkat.

“Survei pertama pada tanggal 14-28 Februari 2022 menunjukan 55 juta yang akan mudik. Survei kedua pada 9-21 Maret 2022 menunjukkan 79,4 juta yang akan mudik. Survei ketiga pada 22-31 Maret 2022 semakin naik, yakni 85,5 juta orang,” paparnya.

“Terkendalinya kondisi pandemi dan besarnya animo masyarakat untuk mudik ini, yang menjadi alasan kuat bagi pemerintah memberikan kelonggaran-kelonggaran. Ini sesuai dengan kebijakan Gas dan Rem bapak Presiden,” imbuh Abraham.